Twitter
FansPage

Apakah anak Anda cerdas? Ya? Tidak? Bingung? Kira-kira acuan apa
yang Anda gunakan untuk menjawabnya? Sebagian besar orangtua biasanya akan
menggunakan nilai rapor sebagai acuan kecerdasan anak. Anak-anak yang
memperoleh ranking, pandai berhitung dan kuat menghafal cenderung
dikategorikan cerdas.

Lalu, bagaimana dengan anak-anak yang tidak mendapatkan ranking? Bagaimana
dengan anak-anak perkampungan kumuh Brasil yang jago bermain sepak bola,
tetapi mungkin tidak tahu perkalian? Bagaimana pula dengan para pelaut zaman
dahulu yang mengarungi samudera hanya dengan mengandalkan konstelasi bintang
di langit? Apakah mereka juga dapat dikategorikan cerdas?

Kalau pertanyaan tersebut disampaikan kepada Howard Gardner, tanpa ragu-ragu
profesor Universitas Harvard ini pasti akan mengiyakannya. Dalam konsep
Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences) yang dicetuskan pada tahun 1983,
Gardner mengelompokkan kecerdasan menjadi tujuh tipe, yaitu kecerdasan
musik, kinestetik-tubuh, logika-matematika, bahasa, spasial, interpersonal
dan intrapersonal.

Teori itu dilandasi oleh fakta bahwa kerusakan di bagian otak tertentu akan
membuat seseorang kehilangan kemampuan atau keterampilan tertentu. Jadi,
Gardner meyakini bahwa masing-masing tipe kecerdasan diatur oleh bagian otak
yang berbeda, misalnya tipe kecerdasan interper- sonal diatur oleh lobus
frontal, sedangkan tipe spasial diatur oleh spasial-belahan otak kanan.

Gardner merumuskan kecerdasan sebagai kemampuan untuk menyelesaikan suatu
persoalan atau menghasilkan produk dalam lingkup suatu budaya atau
komunitas. Dalam konteks ini, yang dimaksud dengan persoalan bervariasi dari
mengarang cerita, menyusun komposisi musik, meluluskan negosiasi politik,
sampai dengan menentukan langkah skak-mat.

Masing-masing tipe kecerdasan akan tercermin dari produk atau prestasi yang
ditampilkan pemiliknya. Hanya saja tampilan produk ini dipengaruhi oleh
faktor budaya yang ada. Misalnya kecerdasan bahasa di suatu masyarakat
menghasilkan seorang pengarang cerita handal, sementara di lingkup komunitas
lain berkembang menjadi seorang orator.

Kecerdasan Musik
Kecerdasan musik sangat jelas ditampilkan oleh Yehudi Menuhi yang pada usia
tiga tahun jatuh cinta pada biola, dan menjadi pemain biola internasional
pada usia 10 tahun. Tipe kecerdasan ini berkembang dengan sangat baik pada
musisi, penyanyi dan komposer. Sementara kecerdasan kinestetik-tubuh lebih
banyak dikuasai oleh olahragawan, penari, pemahat, maupun dokter bedah.

Kecerdasan logika-matematika dapat membantu seseorang menemukan solusi
persoalan yang melibatkan perhitungan angka, sedangkan kecerdasan bahasa
meliputi kemampuan dalam hal mengarang, membaca maupun berkomunikasi verbal.
Tipe kecerdasan ini banyak dikuasai oleh mereka yang berprofesi sebagai
sastrawan, penyair, wartawan, presenter, maupun orator.

Para navigator, arsitek, desainer interior maupun pemain catur dapat
digolongkan sebagai mereka yang menguasai kecerdasan spasial. Tipe
kecerdasan ini memudahkan seseorang untuk menentukan arah, menggunakan peta,
dan melihat objek dari berbagai sudut.

Memukau, mempengaruhi, dan terampil membina hubungan dengan orang lain
adalah ciri-ciri dari mereka yang memiliki kecerdasan interpersonal. Dengan
keterampilannya dalam membina hubungan dengan orang lain, mereka sangat
cocok mengambil profesi sebagai guru, psikolog, tenaga pemasaran atau
negosiator.

Jika kecerdasan interpersonal membantu seseorang untuk memahami dan bekerja
dengan orang lain, maka kecerdasan intrapersonal memudahkan seseorang untuk
memahami dan bekerja dengan dirinya sendiri. Orang dengan tipe kecerdasan
ini mampu memahami hal-hal yang ada di dalam dirinya dan menggunakannya
sebagai alat untuk mengarahkan tingkah lakunya sendiri. Berbeda dengan tipe
lainnya, perwujudan tipe kecerdasan ini membutuhkan perpaduan dengan tipe
kecerdasan lainnya, misalnya perpaduan dengan kecerdasan bahasa akan
melahirkan karya sastra yang berisi pemikiran atau filosofi menakjubkan.

Seseorang dapat memiliki beberapa tipe kecerdasan sekaligus, hanya
intensitasnya saja yang berbeda-beda. Mungkin saja komposisinya adalah satu
tipe kecerdasan yang menonjol dan beberapa tipe kecerdasan lain yang
sedang-sedang saja. Sebagai contoh konkret, untuk menjadi penyanyi sekaliber
Kris Dayanti, memiliki kecerdasan musik saja tidaklah cukup. Diperlukan juga
kecerdasan kintestetik tubuh (berekspresi lewat gerakan tubuh), linguistik
(mengolah komunikasi), dan interpersonal (membina relasi dengan penggemar
atau media).

Sayangnya tidak semua tipe kecerdasan ini dihargai oleh masyarakat. Sekolah
pun cenderung lebih menghargai tipe kecerdasan logika-matematika dan bahasa.
Seorang siswa dengan nilai matematika 9 namun memperoleh nilai 5 pada
pelajaran olahraga tidak akan dianggap bermasalah.

Sebaliknya, seorang kapten tim dengan nilai matematika 5 akan dianggap
memiliki masalah. Mengikuti kursus matematika sepertinya telah menjadi suatu
keharusan, sedangkan kursus musik masih dianggap sebagai barang mewah.
Apalagi kecerdasan interpersonal yang sepertinya terlupakan untuk
dikembangkan sejak usia dini.

Cara belajar di sekolah yang lebih banyak menggunakan metode ceramah dan
membaca buku ajar juga hanya menguntungkan siswa dengan tipe kecerdasan
linguistik dan logika. Padahal siswa dengan tipe kecerdasan yang berbeda
memiliki cara belajar yang berbeda. Sebaiknya sekolah memiliki berbagai
metode pengajaran yang dapat mengakomodasi kebutuhan semua tipe kecerdasan.

Siswa tipe musik lebih cocok mempelajari materi yang dikaitkan atau dikemas
dalam bentuk musik. Siswa tipe kinestetik dapat menghafal dengan bantuan
gerakan tubuh, sedangkan tipe spasial akan sangat tertolong bila materi
pelajaran dikemas dalam bentuk tabel, grafik, diagram atau mind-mapping.
Belajar kelompok akan lebih sesuai untuk siswa dengan tipe interpersonal,
tetapi akan menyulitkan siswa tipe intrapersonal yang lebih cocok untuk
belajar seorang diri.

Kegagalan di Sekolah
Penekanan yang berlebihan pada tipe kecerdasan logika-matematika dan bahasa
membuat peluang sukses di sekolah sepertinya hanya tersedia bagi anak-anak
dengan kedua tipe kecerdasan ini. Kegagalan di sekolah jelas akan
mempengaruhi perkembangan kepribadian dan masa depan mereka. Oleh sebab itu
masyarakat dengan sekolah-sekolah semacam ini akan lebih banyak dipenuhi
orang-orang yang gagal atau yang dianggap gagal.

Identifikasi kecerdasan majemuk berbeda dengan pengukuran konsep kecerdasan
tradisional yang dapat dilakukan dengan tes terstandardisasi. Tes IQ yang
ada saat ini hanya dapat mengidentifikasi tipe kecerdasan bahasa,
logika-matematika, spasial dan sebagian tipe interpersonal.

Untuk melakukan identifikasi terhadap tipe kecerdasan majemuk, Gardner lebih
menganjurkan agar orangtua dan pihak sekolah menyediakan beragam sarana dan
prasarana yang terkait dengan ketujuh tipe kecerdasan tersebut. Setelah itu,
amati bidang apa yang lebih diminati oleh anak, seberapa mendalam ia
mengeksplorasi hal tersebut, dan sejauh mana ia menikmati aktivitas yang
dilakukannya.

Proses identifikasi ini harus melibatkan peran serta orangtua, guru, teman
dan anak itu sendiri dalam rentang waktu yang tak dapat ditentukan. Sebagai
contoh, dalam mengidentifikasi tipe kecerdasan anak usia SD, Gardner
menggunakan berbagai kegiatan termasuk kegiatan bermain. Di antaranya adalah
“permainan berburu harta karun” yang mengukur kemampuan anak dalam membuat
kesimpulan logis, “persepsi musik” yang mengukur kemampuan anak dalam
membedakan nada.

Ada pula “storyboard” yang mengukur rentang keterampilan berbahasa,
“portfolio seni” yang dinilai dua kali dalam setahun tentang penggunaan
garis, bentuk, warna, ruang, detil dan desain, gerakan atletik untuk
mengamati koordinasi, keseimbangan dan kekuatan tubuh dalam berbagai jenis
olahraga, dan “model kelas” untuk mengukur kemampuan anak dalam
mengobservasi dan menganalisa kejadian dan pengalaman sosial di kelas.

Kurungan Ayam
Apabila ingin mencari indikator dalam waktu singkat (namun kurang dapat
diandalkan), Anda dapat mengajak anak Anda ke sebuah ruangan yang berisi
berbagai macam alat dan permainan dari ketujuh tipe kecerdasan. Amatilah
alat permainan dan jenis aktivitas yang menarik perhatian mereka. Cara ini
mengingatkan kita pada upacara turun tanah dalam adat Jawa, di mana anak
diletakkan dalam kurungan ayam berisi berbagai benda. Benda yang diambil
dipercayai akan menjadi profesinya kelak.

Walaupun tipe kecerdasan ini terkait pula dengan natur seseorang, namun
rangsangan dari luar tetap diperlukan agar kecerdasan yang dimiliki dapat
terwujud dalam hasil karya yang nyata. Memperkenalkan anak pada berbagai
jenis aktivitas dinilai akan lebih bermanfaat daripada memfokuskannya pada
satu bidang saja. Pemberian rangsangan yang dibatasi pada satu tipe saja
akan membuat tipe kecerdasan lainnya (yang mungkin juga dimiliki anak)
menjadi mati dan tak dapat berkembang.

Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan gencarnya penelitian, tidak tertutup
kemungkinan akan ada tipe kecerdasan baru yang tereksplorasi. Pada tahun
1999, Gardner sedang mempertimbangkan tipe kecerdasan naturalis sebagai tipe
ke-8, yaitu kemampuan untuk bekerja sama dan menyelaraskan diri dengan alam.
Hal itu menunjukkan bahwa kelebihan anak Anda yang selama ini tidak pernah
Anda anggap sebagai bukti kecerdasan, mungkin saja suatu hari akan
dinyatakan sebagai tipe kecerdasan.

Nah, setelah membaca uraian di atas, dapatlah Anda dengan yakin menjawab
pertanyaan “Apakah Anak Anda Cerdas?”.

Share Button
Kontak Kami
home_2

Jalan Puri Intan No. 25 Pisangan Ciputat Tanggerang Selatan

phone_icon_by_cemagraphics 0217427254
contact 085945723075
facebook-cracked facebook.com/rasalmanitb
instagram-logos-png-images-free-download-2 Instagram.com/@tk_salman
 forward_email  tksalmanitb@gmail.com
   
Pendaftaran
  • Mengambil atau membeli formulir pendaftaran.
  • Menyerahkan formulir pendaftaran yang telah diisi dan dilengkapi berkas persyaratan.
  •  Mendaftar ulang dengan membayar uang pangkal, uang perlengkapan siswa baru dan SPP.
Maps
Tamu RA SALMAN